Sulut1news.com, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, memaparkan dua strategi penting untuk mencapai visi ketahanan energi Indonesia. Dua kunci tersebut adalah penguatan Cadangan Penyangga Energi (CPE) melalui peningkatan kapasitas storage selama 30 hari, serta pengembangan biodiesel sebagai alternatif bahan bakar.
Dalam upaya mendukung kebijakan tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No.96 tahun 2024 tentang CPE, yang menegaskan pentingnya memiliki cadangan energi nasional.
“Kita sudah punya ketahanan energi, makanya diterbitkan Perpres ini. Kita harus memiliki storage minimal 30 hari. Sekarang, kita baru ada untuk 21 hari konsumsi, jadi akan kita tambah menjadi 30 hari,” ungkap Bahlil dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Selain itu, Bahlil menekankan pentingnya pengembangan bahan bakar nabati (BBN), khususnya jenis biodiesel, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) berbasis fosil. Ia menargetkan, pemerintah akan meningkatkan campuran biodiesel bertahap, dari B35 yang saat ini digunakan, menuju B40 pada awal 2025, hingga mencapai B50 pada 2026 mendatang.
“Mau tidak mau, kita harus beralih sebagian ke B50, B60, sampai B100. Itu langkah yang benar,” tegas Bahlil.
Indonesia saat ini telah menerapkan campuran biodiesel B35. Rencana implementasi B40 dijadwalkan berjalan mulai Januari 2025 setelah seluruh proses pengujian selesai. Bahlil menegaskan, pencapaian target B50 pada tahun 2026 akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor solar.
“Kalau B50 bisa terlaksana pada 2026, kita bisa terbebas dari impor solar. Ini penting untuk ketahanan energi kita,” tandasnya.
Dengan strategi ini, Indonesia diharapkan tidak hanya meningkatkan ketahanan energi, tetapi juga menciptakan ketahanan ekonomi dan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
(EL)
0 Komentar