Starlink Resmi Hadir di Indonesia: Antara Peluang, Tantangan, dan Kontroversi

Sulut1news.com, Jakarta – Kehadiran Starlink di Indonesia menjadi salah satu topik terhangat sepanjang tahun 2024. Tidak hanya menjadi sorotan publik, tetapi juga menarik perhatian berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pelaku industri telekomunikasi, hingga masyarakat luas seperti dikutip dari CNBC Indonesia. 

Rumor tentang masuknya layanan internet satelit milik Elon Musk ini sebenarnya telah lama berhembus. Pada tahun 2023, CNBC Indonesia melaporkan bahwa Starlink siap beroperasi di Indonesia mulai 2024. Bahkan, masyarakat sudah bisa memesan layanan ini dengan membayar deposit sebesar USD 9, yang nantinya dikembalikan.

April 2024 menjadi momen penting ketika Budi Arie Setiadi, saat itu Menteri Komunikasi dan Informatika, mengungkapkan bahwa Starlink telah melakukan uji coba di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ia memastikan bahwa Starlink mengikuti semua regulasi yang berlaku di Indonesia dan mengadopsi model bisnis Business to Consumer (B2C).

"Bisnisnya harus adil, level playing field-nya juga harus sama untuk semua pemain. Starlink tidak terkecuali," ujar Budi pada 3 April 2024.

Resmi Beroperasi, Elon Musk Datang ke Bali
Pertengahan tahun 2024, Starlink resmi diluncurkan di Indonesia dengan Elon Musk datang langsung ke Bali untuk meresmikan layanan ini. Harga layanan Starlink dibanderol mulai Rp 750 ribu untuk paket Residensial, sedangkan paket Jelajah mencapai Rp 990 ribu. Adapun perangkat penerima sinyal satelit dijual dengan harga Rp 7,8 juta, yang sempat didiskon menjadi Rp 4,7 juta hingga Rp 5,9 juta.

Dari sisi investasi, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi saat itu, menyebutkan nilai investasi Starlink di Indonesia mencapai Rp 30 miliar. Namun, ia juga mengungkapkan bahwa kantor Starlink di Indonesia hanya mempekerjakan tiga orang.

Tantangan dan Kritik: Isu "Anak Emas" hingga Regulasi
Kehadiran Starlink menuai kritik dari beberapa pihak. Sejumlah operator telekomunikasi lokal menuntut kesetaraan perlakuan, menghindari kesan bahwa Starlink adalah "anak emas". Budi Arie memastikan bahwa pemerintah tidak memberikan perlakuan khusus kepada Starlink.

"Pemerintah tidak menjadikan Starlink sebagai anak emas. Semua penyelenggara internet service provider diperlakukan setara," tegasnya dalam rapat kerja dengan DPR RI pada 10 Juni 2024.

Terkait biaya regulasi, muncul kabar bahwa Starlink hanya dikenai biaya Rp 2 miliar per tahun untuk satu unit satelit. Namun, Dirjen SDPPI Kominfo, Ismail, menyatakan bahwa biaya hak penggunaan (BHP) yang dibayar Starlink mencapai Rp 23 miliar, sama dengan penyelenggara satelit lainnya sesuai PP No. 43 Tahun 2023.

Struktur Manajemen Starlink Indonesia
Dari dokumen Kementerian Hukum dan HAM, Leonard Mamahit tercatat sebagai Direktur Starlink Service Indonesia, sementara posisi komisaris diisi oleh Lauren Ashley Dreyer, warga negara Amerika Serikat yang berbasis di Belanda. Keduanya tidak memiliki saham di perusahaan ini.

Masa Depan Starlink di Indonesia
Meskipun kehadiran Starlink menjanjikan akses internet berkualitas hingga ke pelosok, tantangan besar tetap ada. Regulasi, persaingan dengan operator lokal, hingga daya beli masyarakat menjadi faktor penentu keberhasilan layanan ini di Indonesia.

Starlink mungkin telah meluncur di orbit telekomunikasi Indonesia, tetapi perjalanannya masih panjang untuk benar-benar menciptakan dampak signifikan di negeri ini.
(EL)

Posting Komentar

0 Komentar