Sulut1News , Jakarta, 8 April 2025 – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menghadiri acara Sarasehan Ekonomi Indonesia yang digelar di Menara Mandiri, Jakarta. Kegiatan ini menghadirkan dialog langsung antara Presiden dan para pelaku ekonomi nasional, serta menjadi momen refleksi atas enam bulan kerja Kabinet Merah Putih.
Acara dibuka dengan pemutaran film dokumenter “150 Hari Kabinet Merah Putih”, menampilkan capaian awal pemerintahan Prabowo sejak dilantik pada 20 Oktober 2024. Direktur Utama Bank Mandiri dalam sambutannya berharap agar sarasehan ini membawa manfaat besar bagi seluruh peserta.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa dirinya hanya memilih pejabat yang memiliki kapabilitas dan dedikasi untuk rakyat. Ia menyebutkan pentingnya pendekatan berbasis bukti (evidence-based performance) dalam pengambilan kebijakan.
“Saya tidak ingin bicara tanpa dasar yang nyata. Pemerintahan ini fokus pada perencanaan matang, pengumpulan data yang akurat, dan pelaksanaan oleh orang-orang yang kompeten,” ujar Prabowo.
Ia juga menekankan bahwa strategi pembangunan ekonomi Indonesia harus berpijak pada Pancasila dan UUD 1945. Menurutnya, ekonomi Indonesia harus menjunjung tinggi persatuan, kemanusiaan, dan kedaulatan atas sumber daya nasional.
Dalam sesi berikutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan kondisi makroekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah tantangan global. Pertumbuhan ekonomi nasional tercatat stabil di angka 5%, inflasi terkendali, serta neraca perdagangan mengalami surplus selama 58 bulan berturut-turut.
“Indonesia termasuk negara dengan inflasi terendah di dunia. Cadangan devisa kita juga kuat, mencapai 154 miliar USD, cukup untuk impor selama 6,4 bulan,” jelas Airlangga.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya hilirisasi industri dan kekuatan pasar domestik dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tantangan global yang dihadapi Indonesia, termasuk dampak kebijakan tarif Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik dunia.
“Kita berada dalam dunia tanpa kepastian. Sistem global yang dulu diandalkan kini mulai melemah. Dalam situasi seperti ini, kebijakan ekonomi harus berpihak pada kepentingan nasional,” kata Sri Mulyani.
Ia menambahkan bahwa APBN tetap menjadi instrumen utama dalam menjaga stabilitas ekonomi, termasuk dalam merespons berbagai guncangan eksternal.
Sarasehan ini juga diisi dengan diskusi interaktif bersama para pelaku ekonomi nasional. Presiden Prabowo menegaskan bahwa pemerintah terbuka terhadap kritik dan masukan demi perbaikan kebijakan.
“Kritik adalah vitamin bagi demokrasi. Selama disampaikan dengan argumen rasional, itu justru memperkuat pemerintah,” tutup Prabowo.
Redaksi Sulut1News
0 Komentar